Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sesaat setelah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 selesai dibacakan, penyebaran berita proklamasi
kemerdekaan Indoenesia gencar dilakukan agar berita kemerdekaan ini sampai ke
seluruh pelosok di tanah air bahkan luar negeri. Berbagai upaya ditempuh untuk
kepentingan ini. Baik melalui media seperti radio, koran, pamflet,
coretan-coretan di dinding dan gerbong-gerbong kerata api (grafiti) maupun
melalui lisan dari mulut ke mulut. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh
tokoh-tokoh BPUPKI atau PPKI tetapi oleh setiap lapisan masyarakat di negeri
ini, terutama dari kalangan pemuda.
Penyebarluasan berita proklamasi ini sangat penting untuk
dilakukan untuk mendapatkan pengakuan dari rakyat sendiri dan dunia
internasional. Untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara merdeka. Sebuah
negara dapat diakui dunia internasional sebagai negara yang berdaulat atau
merdeka harus memenuhi 4 syarat berikut ini :
1. Memiliki wilayah
2. Memiliki rakyat
3. Pemerintahan yang berdaulat (memiliki susunan
penyelenggaraan negara seperti lembaga yudikatif, legislatif, eksekutif, dan
sebagainya)
4. Mendapatkan pengakuan dari negara lain (baik secara de facto
maupun secara de jure).
Proses dan Semangat Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ini sendiri
berawal dari pesan Drs. Moh. Hatta kepada pemuda B.M. Diah seorang wartawan yang
ikut hadir dalam perumusan teks proklamasi, untuk, memperbanyak teks proklamasi
dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Pesan ini disampaikan oleh Drs. Mohammad
Hatta, pada tanggal 16 Agustus 1945 jam 20.00 WIB sesaat setelah teks proklamasi kemerdekaan selesai dirumuskan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi tersebut berhasil
diselundupkan dan sampai ke tangan Waidan B. Palenewen, seorang Kepala Bagian
dari Kantor Berita Domei (sekarang : Kantor Berita Antara) . Waidan B. Palenewen
menerima teks tersebut dari seorang wartawan berita Domei sendiri yang bernama
Syahruddin. Seterusnya Waidan memerintahkan seorang markonis radio yang bernama
F. Wuz untuk menyiarkannya secara terus menerus dengan jeda waktu 30 menit
sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti.
Mendengar siaran berita Radio Domei/Yoshima ini, pucuk pimpinan
tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita tersebut dan
menyatakannya sebagai kekeliruan. Namun hal ini tidak dapat menyurutkan semangat
para wartawan Radio Domei untuk tetap menyiarkannya. Akibatnya pada tanggal 20
Agustus 1945 kantor berita tersebut disegel dan para pegawainya dilarang masuk.
Namun semangat para tokoh pemuda bangsa ini memang sangat luar
biasa. Setelah kantor berita tersebut disegel, mereka tanpa sepengetahuan
militer Jepang, mengambil beberapa peralatan penting yang dimiliki Kantor Berita
Domei. Kemudian mereka membuat pemancar baru di jalan Menteng 31 Jakarta, dengan
bantuan beberapa teknisi radio, yaitu Sukarman, Sutanto, Susilahardja, Suhandar,
dan M. Yusuf Ronodipuro. Bahkan kemudian M. Yusuf Ronodipuro bertindak sebagai
pembaca berita proklamasi. Dengan kode panggilan DJK 1 pemancar baru ini terus
menerus menyiarkan berita ke seluruh pelosok Jawa dan tanah air.
Siaran lewat Radio juga sempat dilakukan oleh Radio Hoso Kanri
Kyoku (sekarang : Radio Republik Indonesia/RRI). Tepat pukul 19.00, setengah jam
setelah Domei menyiarkan berita proklamasi, para penyiar dari radio ini seperti
M. Yusuf Ronodipuro, Bachtiar Lubis, dan Suprapto berperan besar dalam
menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan tersebut.
Sementara itu di jalan-jalan, di tembok-tembok, di
gerbong-gerbong kereta api dan sebagainya semangat kemerdekaan dan revolusi
tercermin dalam setiap tulisan-tulisan atau slogan-slogan. Bukan hanya dalam
bentuk tulisan atau grafiti bahkan diteriakkan dengan semangat yang membara.
Misalnya beberapa dari slogan-slogan tersebut seperti : “Respect our
Constitution, 17 August! Hormatilah Konstitusi kami, tanggal 17 Agustus! ;
Sekali Merdeka Tetap Merdeka! ; Merdeka atau Mati!
Peranan surat kabar-surat kabar juga tidak kalah pentingnya
dalam menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Yang tercatat
pertama kali menyebarkan berita tersebut adalah surat kabar Thahaja yang terbit
di Bandung dan Soera Asia yang terbit di Surabaya. Para pemuda yang terkenal
berjuang lewat pers adalah Adam Malik, Sajoeti Melik, Sutan Syahrir, B.M Diah,
Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, G.S.S.J Ratulangi, Iwa Kusuma Sumantri,
Sukoharjo Wiryopranoto, Sumanang S.H., Manai Sophian, dan Ali Hasyim.
Pemerintah Republik Indonesia yang baru terbentuk juga
menugaskan kepada para Gubernur yang telah dilantik pada tanggal 2 Septembar
1945 untuk segera kembali kepada tugasnya masing-masing guna menyiarkan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia ini di wilayahnya. Tokoh-tokoh tesebut antara
lain :
1. Teuku Muhammad Hasan untuk wilayah Sumatera
2. Sam Ratulangi untuk daerah Sulawesi
3. Ktut Pudja untuk daerah Nusa Tenggara
4. Ir. Mohammad Nur untuk daerah Kalimantan
Reaksi Masyarakat Indonesia
Reaksi masyarakat terhadap berita proklamasi kemerdekaan
Indonesia ini beragam, ada yang menyambut dengan antusias dan penuh suka cita
(perasaan ini datang dari sebagian besar masyarakat Indonesia, ada yang tidak
percaya dan menganggap berita itu hanya sebagai isu (biasanya ini dari kalangan
yang jauh dari Jakarta), dan ada yang ragu-ragu dan lebih memilih bersikap
tenang dan waspada serta melihat perkembangan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar